Edutrip adalah wisata edukasi. Maksudnya, sambil wisata sambil belajar, gitu.
Hari ini Selasa, 10 juli 2018, saya diajak adik saya untuk menemani dua anaknya edutrip ke kampung batik di area Bubakan, Semarang.
Disebut kampung batik karena hampir semua orang di kampung tersebut berprofesi sebagai pembatik. Baik batik cap maupun tulis.
Ada 2 lokasi kampung batik di Semarang ini: satu di Meteseh (baru), dan satu lagi di Bubakan (lama). Yang terkenal adalah yang di Bubakan karena memang sudah dari tersohor sejak lama. Disini cari batik dari harga ratusan hingga jutaan rupiah, ada!
Pukul 09.00 wib acara dimulai. Instruktur membuka acara dan menjelaskan bahwa apa yang dilakukan hari ini adalah tehnik membatik sederhana, bukan membuat batik. Hal ini karena yang dilakukan anak-anak selama 1 jam ini hanyalah belajar proses mencanting dan mewarna, tidak sampai tahapan celup dan mengunci warna.
Instruktur menjelaskan bahwa kain yang digunakan untuk membatik tidak bisa sembarangan. Jenis kainnya khusus.
Langkah pertama dalam membatik adalah membuat gambar di kain. Lalu setelah itu mencanting. Ini adalah proses menumpuk gambar dengan lilin cair (malam). Fungsinya sebagai pembatas, agar nanti saat diberi warna tidak bercampur. Maka saat mencanting harus rapat, tidak boleh terputus.
Berkali-kali instruktur mengingatkan untuk berhati-hati saat mencanting karena lilin cair (malam) sangat panas.
"Jika menetes di baju atau dikulit jangan langsung diusap atau di lap ya. Panas, nanti kulitnya luka! Biarkan saja mengering. Setelah kering baru diangkat", begitu kata instruktur.
Proses mencanting ini ternyata tidak mudah. Lihat di tivi kayaknya enak aja ibu-ibu pembatik itu mengoleskan cantingnya mengikuti gambar. Faktanya, tingkat kekentalan malam sangat menentukan kehalusan goresan. Jadi kami harus memperhatikan tingkat panas kompor juga.
Keponakan saya yang besar, 9 tahun, kesulitan. Yang kecil jelas gak bisa 😅 Akhirnya saya dan adik saya yang mencanting. Itupun jadinya temblong-temblong, malamnya netes-netes.
Saya rasa kegiatan ini cocoknya untuk anak usia SMP ke atas. Kalau masih piyik-piyik gini hebohnya pas bagian mewarnai. Selesai dicanting, proses selanjutnya adalah diwarna. Harusnya setelah diwarnai masih ada proses lanjutan (pakai bahan kimia khusus). Tapi karena ini hanya untuk pengetahuan saja, maka cukup sampai di tahap pewarnaan.
Well, ini pengalaman berharga buat saya. Dengan begini saya jadi tau gimana susahnya bikin batik. Pantas saja batik tulis itu harganya mahal. Sepadan lah dengan tenaga yang dikeluarkan. Saya coba bikin satu gambar ukuran 25×25cm aja berantakan, apalagi yang bikin satu baju.
Selesai mencanting dan mewarnai, anak-anak memperoleh satu paket jajanan tradisional dan segelas beras kencur.
Untuk ikut acara ini adik saya membayar Rp 50.000/anak. Hasil lukisan boleh dibawa pulang.
Besok edutripnya ke toko roti Virgin. Anak-anak diajari cara bikin kue. Klik disini untuk edutrip ke pabrik roti.
Hari ini Selasa, 10 juli 2018, saya diajak adik saya untuk menemani dua anaknya edutrip ke kampung batik di area Bubakan, Semarang.
![]() |
Mural disepanjang jalan masuk kampoeng djadoel |
Disebut kampung batik karena hampir semua orang di kampung tersebut berprofesi sebagai pembatik. Baik batik cap maupun tulis.
Ada 2 lokasi kampung batik di Semarang ini: satu di Meteseh (baru), dan satu lagi di Bubakan (lama). Yang terkenal adalah yang di Bubakan karena memang sudah dari tersohor sejak lama. Disini cari batik dari harga ratusan hingga jutaan rupiah, ada!
![]() |
Siap mendengarkan instruksi |
Pukul 09.00 wib acara dimulai. Instruktur membuka acara dan menjelaskan bahwa apa yang dilakukan hari ini adalah tehnik membatik sederhana, bukan membuat batik. Hal ini karena yang dilakukan anak-anak selama 1 jam ini hanyalah belajar proses mencanting dan mewarna, tidak sampai tahapan celup dan mengunci warna.
Instruktur menjelaskan bahwa kain yang digunakan untuk membatik tidak bisa sembarangan. Jenis kainnya khusus.
Langkah pertama dalam membatik adalah membuat gambar di kain. Lalu setelah itu mencanting. Ini adalah proses menumpuk gambar dengan lilin cair (malam). Fungsinya sebagai pembatas, agar nanti saat diberi warna tidak bercampur. Maka saat mencanting harus rapat, tidak boleh terputus.
Berkali-kali instruktur mengingatkan untuk berhati-hati saat mencanting karena lilin cair (malam) sangat panas.
![]() |
Alat untuk mencanting. Memegangnya harus miring. Jika tegak lurus seperti gambar, malamnya akan meluber keluar dari wadah. Jika terlalu menunduk akan netes-netes ke kain. |
"Jika menetes di baju atau dikulit jangan langsung diusap atau di lap ya. Panas, nanti kulitnya luka! Biarkan saja mengering. Setelah kering baru diangkat", begitu kata instruktur.
![]() |
Kiri: kompor listrik, kanan: kompor minyak Warna malam nya hitam seperti gambar kanan. Yang di kiri kelihatan merah karena pantulan cahaya |
![]() |
Yang di dalam wajan kecil itu lilin cair (malam). Alat canting dicelupkan kesitu sambil menyiduk sedikit malam. |
Proses mencanting ini ternyata tidak mudah. Lihat di tivi kayaknya enak aja ibu-ibu pembatik itu mengoleskan cantingnya mengikuti gambar. Faktanya, tingkat kekentalan malam sangat menentukan kehalusan goresan. Jadi kami harus memperhatikan tingkat panas kompor juga.
Keponakan saya yang besar, 9 tahun, kesulitan. Yang kecil jelas gak bisa 😅 Akhirnya saya dan adik saya yang mencanting. Itupun jadinya temblong-temblong, malamnya netes-netes.
![]() |
Hasil mencanting. Bentol-bentol itu karena malam nya netes. Harusnya sebelum netes dilap pake kain. |
Saya rasa kegiatan ini cocoknya untuk anak usia SMP ke atas. Kalau masih piyik-piyik gini hebohnya pas bagian mewarnai. Selesai dicanting, proses selanjutnya adalah diwarna. Harusnya setelah diwarnai masih ada proses lanjutan (pakai bahan kimia khusus). Tapi karena ini hanya untuk pengetahuan saja, maka cukup sampai di tahap pewarnaan.
![]() |
Keponakan saya, umur 4thn, asyik mengoles warna |
Well, ini pengalaman berharga buat saya. Dengan begini saya jadi tau gimana susahnya bikin batik. Pantas saja batik tulis itu harganya mahal. Sepadan lah dengan tenaga yang dikeluarkan. Saya coba bikin satu gambar ukuran 25×25cm aja berantakan, apalagi yang bikin satu baju.
![]() |
Bagus ya. Ini kayaknya hasil karya emak, bukan anak 😂 |
Selesai mencanting dan mewarnai, anak-anak memperoleh satu paket jajanan tradisional dan segelas beras kencur.
![]() |
Jajanan tradisional |
![]() |
Warna-warni 😍 Asal tidak kena air gambarnya bisa awet |
Besok edutripnya ke toko roti Virgin. Anak-anak diajari cara bikin kue. Klik disini untuk edutrip ke pabrik roti.
Komentar
Posting Komentar