Tentang Jahe: Dari Minuman Sampai Ekspor

Indonesia adalah negara yang kaya dengan Sumber Daya Alam (SDA). Tanah kita ini subur banget. Betul kata Koes Plus, tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Coba saja lemparkan satu buah biji ke tanah. Diamkan, tidak usah disiram atau dipupuk. Ntar kan tumbuh sendiri.


Salah satu SDA yang berlimpah adalah tanaman jahe. Rimpang atau akar dari tanaman jahe inilah yang nantinya diolah menjadi minuman, minyak, maupun bahan masakan. Ada 3 varietas jahe di Indonesia: jahe gajah, jahe emprit, dan jahe merah.

Jahe gajah merupakan varietas jahe yang paling diminati untuk ekspor. Mas Yoyok, salah seorang eksportir jahe gajah dari Jogja, rutin mengirim 8 kontainer jahe ke Bangladesh.

Jahe Gajah
Yang diminati yang model menjari seperti ini

Foto dok. Herbadrinknatural

Varian jahe yang bentuknya besar dan rasanya tidak terlalu pedas ini rupanya sangat diminati oleh orang asing.

Saya penasaran. Satu kontainer ukuran 40 feet itu berisi 25 ton jahe gajah. Berarti total ada 200 ton jahe gajah yang dikirim ke Bangladesh setiap bulannya.

Begini kemasan yang digunakan untuk ekspor jahe

Foto dok. Puspaagrojatim

Kontainer yang dipakai adalah kontainer berpendingin
Ini untuk mencegah tingginya angka penyusutan jahe

Foto dok. Gatewaycontainers

"Mas, jahe gajah sebanyak ini dipakai buat apa sih?" Tak tahan juga, akhirnya saya bertanya ke mas Yoyok usai beliau menjadi pembicara di acara gathering eksportir.

"Dimakan langsung, Mbak. Untuk cemilan," jawabnya.

"Hah?! Serius, Mas?"

"Serius, Mbak. Buyer saya orang Bangladesh pernah kesini. Nungguin proses stuffing*. Itu dia bawa irisan tipis jahe gajah. Ditaruh di saku gitu. Dia ambil satu iris, dimakan. Kalau habis satu iris, ambil lagi, makan lagi. Itu ngemil kan namanya?"

Wow. Cemilannya dahsyat 😅 Mungkin suatu hari saya perlu coba. Biasanya saya pakai irisan jahe gajah untuk masak sapo tahu. Belum pernah dimakan langsung mentah-mentah gitu.

Di dalam negeri, jahe gajah kalah populer dengan jahe emprit. Rasa pedas yang ditimbulkan oleh jahe gajah sangatlah halus. Sedangkan orang Indonesia lebih suka yang pedasnya strong, macam jahe emprit dan jahe merah.
Jahe emprit

Foto dok. Herbadrinknatural

Jahe merah


Bisa jadi karena di Indonesia jahe lebih populer untuk dijadikan minuman, bukan untuk masakan. Apalagi cemilan. Duh, gak kebayang nyemil jahe emprit.

Saking populernya, hampir di setiap sudut kota di pulau Jawa ada penjual wedang jahe*. Coba masuk ke warung nasi kucing, pasti sedia wedang jahe.

Suami saya punya warung jahe favorit di daerah Kedungmundu, Semarang. Namanya warung Benstrong. Ben itu artinya biar, strong artinya kuat. Dan nama warung ini betul-betul sesuai kenyataannya. Karena setelah datang kesana, yang tadinya loyo akan jadi setrong.hahaha.

Warung wedang yang tadinya cuma lapak kecil di pinggir jalan itu, sekarang sudah menempati sebuah ruko.

Lapak Benstrong saat masih di trotoar

Kondisi sekarang


"Ini beli, Bu?" tanya saya ke ibu warung. Ngomongin rukonya.

"Enggak, Mbak. Belum mampu. Ini masih sewa," jawabnya.

Pindah tempat adalah sebuah keputusan yang bagus mengingat pembelinya seringkali gak kebagian tempat duduk. Laris banget wedang disini. Itu karena bahan-bahan yang digunakan adalah bahan-bahan alami.

Si ibu akan membuat minuman sesuai permintaan pembeli. Misal mau jahe saja, bisa. Atau mau jahe rempah, jahe yang dicampur kayu manis, secang, dan rempah lain, juga bisa.


Kita bahkan bisa request berdasar penyakit. Misal nih ya, saya batuk. Tinggal bilang sama si ibu. "Bu, saya batuk. Bikinin minuman yang cocok." Nah, si ibu akan meracik jahe+jeruk nipis+selasih+kunyit, direbus bareng, spesial buat saya. Rasanya enak dan melegakan tenggorokan. Mungkin karena gulanya pakai gula batu, jadi manisnya pas.

Ramuan untuk mengatasi batuk

Suatu hari suami saya merasa gak enak badan. Biasanya kami akan pergi ke Benstrong untuk mencari wedang yang tepat. Tapi kali ini sudah sedikit parah, sehingga suami malas kalau harus keluar rumah.

Sebetulnya warung Benstrong juga menyediakan paket rempah siap seduh. Gunanya untuk persediaan saat malas keluar rumah seperti sekarang ini nih. Sayangnya, suami harus kecewa karena paket rempah yang ada di rumah ternyata sudah berjamur. Entah saya yang kurang baik dalam penyimpanan, atau karena usia paket yang sudah cukup lama.

Kalau sudah begini, wedang jahe instan jadi penyelamat. Selain praktis dan expired date-nya lumayan lama, sari jahe instan juga mudah di temukan di berbagai supermarket di Indonesia.

"Gimana. Udah enakan?" tanya saya.

"Iya. Lumayan," jawab suami usai meminum satu cangkir wedang jahe instan.

Mencium aroma sari jahe, saya kok jadi kepingin juga.

Herbadrik Sari Jahe terbuat dari jahe merah

Selain menghangatkan serta membuat tubuh nyaman, rasa hangat dari sari jahe Herbadrink bermanfaat untuk meredakan masuk angin, kembung, serta mengurangi rasa mual.

Makanya kemarin sebelum terbang ke Jakarta untuk menghadiri Trade Expo Indonesia yang ke 33, saya konsumsi satu cangkir Herbadrink sari jahe dulu. Praktis dan mudah banget bikinnya. Kapanpun mau konsumsi tinggal sobek bungkusnya, terus tuang air hangat. Udah.

Di salah satu stand expo

Regional Discusion
Ajang sharing dari senior ke junior

Dalam kondisi seperti sekarang ini, dimana kami sedang banyak acara (lagi sering kedatangan tamu/calon pembeli, menghadiri pameran, ditambah dengan kegiatan-kegiatan blogger), badan ini memang perlu diberi dopping. Tentu saja bahannya harus yang alami. Kalau tidak, alih-alih strong malah merusak ginjal. Iya kan?

Bersama tamu dari Dubai (mr Sukrat) dan Oman (mr Rizvi)

Eh, ternyata selain sari jahe, ada juga sari-sari yang lain lho.

Beberapa varian dari Herbadrink

Ini yang sudah saya coba: lidah buaya.


Yang sari temulawak sengaja saya beli untuk suami saya. Biar makannya banyak, terus badannya bisa lebih berisi 😁



Akhir kata,
Kalau tertarik dengan Herbadrink-nya, tinggal cuss ke supermarket.
Kalau tertarik dengan ilmu ekspornya, tinggal cuss di kolom komentar.
Ok 😊

Keterangan:
*stuffing: proses memasukkan barang ke dalam kontainer
*wedang: minuman hangat



Komentar