Mencegah Stunting Pada Anak di 1000 Hari Pertama

Sebagian dari kita pasti pernah mendengar soal golden moment atau masa emas pertumbuhan anak. 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) , yaitu 270 hari di dalam kandungan dan 730 hari setelah anak lahir sampai usia 2 tahun, merupakan masa kritis tumbuh kembang anak.

1000 hari pertama: masa emas
sekaligus masa kritis anak



1000 HPK adalah masa penting yang sangat mempengaruhi kesehatan dan kecerdasan seseorang di kemudian hari.

Lalu,
APA ITU STUNTING?

Stunting adalah gangguan pertumbuhan (kerdil) pada anak akibat kurangnya asupan gizi dalam waktu lama. Sayangnya, gangguan tersebut seringkali diabaikan karena dianggap sebagai faktor keturunan/genetik.


Maklum, orang Indonesia kan memang tidak terlalu tinggi. Jadi kasus stunting dianggap normal saja. "Emang anaknya kecil," atau "Bapaknya kecil kok, ya wajar anaknya pendek," merupakan pembenaran yang umumnya terjadi di masyarakat.

Padahal jika anak sudah terkena stunting, tidak hanya fisiknya/badan saja yang mengalami kendala pertumbuhan. Perkembangan otaknya pun terganggu. Otomatis kecerdasannya juga ikut bermasalah.

Berikut ini fakta tentang anak stunting di Indonesia:

1. Tiga dari 10 anak terkena stunting. Artinya anak penderita stunting di Indonesia ada sekitar 34%. Banyak ya. Pemerintah berupaya agar angka ini bisa turun di 20%.

2. Anak laki-laki lebih rentan terkena stunting dibanding anak perempuan.

3. Bayi yang lahir dengan bobot di bawah 2500 gram meningkatkan resiko stunting 2× lipat dibanding bayi yang lahir dengan bobot normal.

4. Resiko stunting juga akan meningkat seiring bertambahnya usia anak.

5. Gejala stunting mulai bisa terdeteksi di usia 2 tahun ke atas. Jika sudah terlanjur terkena, sangat sulit diobati. Maka, cara terbaik adalah dengan melakukan tindakan pencegahan. Iya, kan?


PENCEGAHAN STUNTING

Kunci untuk mencegah stunting adalah dengan mengoptimalkan masa 1000 HPK.

Apa saja yang harus dilakukan selama 1000 HPK?

1. Perhatikan Pola Makan Ibu Selama Mengandung

Pola makan ibu berpengaruh terhadap gizi.
Perhatikan baik-baik kriteria makanan bergizi.
Karena yang enak dan mahal belum tentu bergizi lho

- Makan makanan beraneka ragam.
Usahakan 4 sehat 5 sempurna. Makan sayur dan buah untuk kebutuhan serat. Jangan biasakan menggunakan pil/bubuk serat.

Contoh makanan yang baik untuk saluran cerna

- Memeriksakan kehamilan selama 4×.
Bukan untuk melihat jenis kelamin bayi yaa, tapi untuk mengetahui perkembangan janin.

- Minum tablet penambah darah.

- Perbanyak asupan kalsium.
Asupan kalsium bisa didapat dari minum susu ataupun makan es krim.

2. Perbaikan Pola Pemberian Makan untuk Baduta (Bawah Dua Tahun)

- Lakukan IMD (Inisiasi Menyusui Dini).
Begitu lahir, susui anak Anda. Susu yang keluar pertama kali ini sangat baik untuk bayi Anda.

- Berikan ASI Eksklusif.
Eksklusif artinya berikan HANYA ASI SAJA selama 6 bulan pertama. Tidak perlu ditambah susu formula atau makanan lain.

ASI memiliki kandungan gizi yang luar biasa. Namun gencarnya iklan produsen susu dan desakan dari keluarga terkadang membuat ibu yang sudah bertekat memberikan ASI eksklusif jadi galau 😢

Baca juga: Masalah ASI yang sedikit/tidak keluar/anak yang sepertinya gak kenyang dengan ASI ibu.

- Berikan MPASI (Makanan Pendamping ASI)  secara bertahap pada usia 6 bulan dan lanjutkan pemberian ASI selama 2 tahun.
Jangan diberi pisang atau bubur atau apapun selain ASI di usia bawah 6 bulan ya. Kasihan bayinya. Pencernaannya belum cukup sempurna.

- Ajarkan anak makan sambil duduk.
Saat anak sudah bisa makan makanan padat, letakkan anak pada kursi makan anak dan biarkan ia bereksplorasi dengan makanannya.

Pasti acara makan jadi lebih lama. Tapi percayalah, begitu anak terbiasa, maka ibu tidak perlu repot menyuapi anak sambil digendong atau sambil lari-lari.

Kegiatan makan sendiri ini selain mengajarkan kedisiplinan pada anak, juga membuat anak mampu mengeskplorasi sensorinya.



- Berikan imunisasi dasar wajib bagi bayi.
Selain melindungi bayi Anda, imunisasi juga melindungi bayi orang lain.
Sedih saya melihat bayi-bayi korban rubella.

- Rajin ke Posyandu. Timbang bayi secara rutin setiap bulan.

3. Masalah Sanitasi dan Air Bersih.

Anak yang hidup di lingkungan yang tidak higienis akan mempengaruhi kesehatannya, seperti: terkena diare, terjangkit penyakit saluran pernafasan, dan infeksi.

- Biasakan cuci tangan sebelum makan, sesudah buang air besar, dan sesudah mengganti popok/celana bayi.
Kebiasaan sederhana ini merupakan pencegahan pertama terhadap berbagai penyakit.

- Jangan membuang sampah sembarangan, meludah sembarangan, dan jangan membakar obat nyamuk dekat bayi, serta menggendong bayi sambil memasak.

- Gunakan jamban yang layak (model leher angsa)

- Upayakan menggunakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Hindari sumber air yang sudah terkontaminasi sampah.

Itulah 3 hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah anak dari stunting. Sekali lagi, mencegah lebih baik daripada mengobati.


Mari kita bangun generasi penerus bangsa yang sehat dan cerdas.

Pesan dari dokter Safira, spesialis gizi anak: saluran cerna adalah 'otak kedua'. Jaga baik-baik kesehatan saluran cerna.



Sumber tulisan:
1. www.depkes.go.id
2. skripsi Maya Adiyanti, Besral , FKM UI
3. seminar Grow Happy bersama dr. Fatima Safira Alatas Ph.D, Sp.A(K)
4. http://www.septiakhoirunnisa.com/2018/09/sanitasi-aman-penentu-kesehatan-TPA-Bakung.html?m=1

Komentar