AWAL KISAH
Bulan Februari tahun 2015 menjadi titik balik kehidupan kami. Saya sampai bengong ketika pagi itu suami mengungkapkan ide bisnisnya.
"Apa? Mau ekspor arang?" tanya saya tak percaya.
"Iya," jawab suami saya singkat.
"Dari sekian banyak produk, kenapa pilih arang? Di jaman modern seperti ini, siapa yang masih memakai arang untuk memasak?" batin saya.
Lalu saya tambah bingung ketika suami mengatakan bahwa ia telah mendapat order satu kontainer arang (sekitar 18 ton) untuk dikirim ke Timur Tengah.
"Hah?! Arang sebanyak itu. Kita mau cari kemana?"
"Ada. Aku udah dapat suplier di Pelaihari," jawab suami.
Saya yang buta sama sekali tentang bisnis ekspor, menjadi takjub ketika suami menjelaskan bahwa ia melakukan riset, memperoleh buyer dan suplier via online. Wow, ternyata ekspor tidak serumit yang saya bayangkan.
"Modalnya gimana?" Beli arang belasan ton, pasti butuh uang puluhan juta. Sementara kondisi keuangan kami pas-pasan.
"Tenang saja. Ada caranya," kata suami sambil senyum-senyum. Lalu ia pun mulai menerangkan soal tehnik pembayaran. Saya cuma a-o a-o aja dengernya. Bisa gitu ya 😅
Baiklah. Saya putuskan untuk jadi asisten pribadi suami sebagai bentuk dukungan. Setelah membuat janji dengan suplier, kami agendakan Sabtu tanggal 7 Februari 2015 terbang dari Semarang ke Banjarmasin. Kami harus cek langsung barangnya seperti apa dan stoknya berapa banyak.
PELAIHARI
Pukul 5 sore pesawat yang kami tumpangi mendarat di bandara Syamsudin Noor, Banjarmasin. Ini pertama kalinya saya menginjakkan kaki di pulau Kalimantan. Ya Allah, rasanya luar biasa! Saya yang dulunya malas kemana-mana gara-gara gampang mabuk perjalanan, sekarang bisa pergi sejauh ini 😄
Pelaihari berjarak satu jam perjalanan dari kota Banjarmasin. Kami memutuskan istirahat dulu semalam di hotel dekat bandara, baru besoknya menuju Pelaihari.
Hari Minggu pagi tanggal 8 Februari 2015, kami dijemput oleh suplier. Ini adalah pertama kalinya kami bertemu dengan bapak suplier. Orangnya masih muda, usia 35 tahun. Setelah urusan cek out hotel kelar, kami bertiga berangkat menuju Pelaihari. Agenda kami adalah melihat tungku arang, memastikan kualitas arang dan jumlah stoknya. Agar tidak terburu waktu, saya putuskan menginap satu malam di Pelaihari.
Saya memesan satu kamar di hotel Sinar Pelaihari. Saat itu hotel Sinar adalah satu-satunya hotel di Pelaihari yang tampilannya modern. Hotelnya masih baru. Lantainya kinclong, dinding kamarnya terlihat wah dibalut wallpaper motif klasik, perabot dan perlengkapan kamar cukup lengkap dan bagus. Sepadan lah dengan tarif Rp 325.000/malam.
Ada satu kejadian di hotel yang membekas di hati saya. Waktu itu pukul 10 pagi, suami sedang asyik membuka email di handphone dan saya sedang nonton TV ketika terjadi mati listrik. Saya pikir hanya sementara, seperti kalau di Jawa. Benar saja, tak lama kemudian listrik nyala lagi. Namun suara berisik yang muncul menyadarkan saya bahwa pihak hotel tengah menyalakan genset. Dalam hati saya kagum karena hotel bintang satu semacam ini sedia genset.
Tapi setelah mendengar penjelasan karyawan hotel, saya jadi prihatin. Katanya peristiwa mati listrik ini bukan karena gangguan, melainkan setiap pagi di Pelaihari memang mati listrik. Makanya mereka sedia genset. Ya Allah. Betapa beruntungnya saya yang tinggal di Jawa. Listrik ada 24 jam. Mati listrik hanya jika hujan atau ada gangguan saja. Itupun kalau matinya sudah lebih dari 30 menit pasti kita langsung komplain ke PLN. Sementara saudara-saudara kita di Pelaihari pasrah dengan rutinitas mati listrik selama berjam-jam.
TUNGKU ARANG
Meski kondisi listrik (saat itu) masih kerap mati, tapi untuk akses jalan sudah cukup bagus. Rata-rata sudah beton ataupun aspal. Seingat saya tidak ada jalan tanah. Sudah mulus semua. Rumah di Pelaihari ini ada beberapa yang dari papan, tapi sebagian besar sudah tembok. Halaman rumah luas sekali, khas rumah di kampung.
Selepas dhuhur, kami kembali dijemput oleh suplier dan diajak ke tungku arang miliknya. Sekitar 15 menit lah naik mobil dari hotel Sinar. Sambil berjalan ke tungku -yang rupanya berada di belakang rumah suplier-, si bapak menerangkan bahwa hampir setiap rumah di desanya mempunyai tungku arang. Bisa dikatakan membuat arang merupakan mata pencaharian utama warga desa.
"Ada berapa banyak warga yang membuat arang? Apa mereka bisa memenuhi order kami sebanyak 18 ton arang? Lalu benarkah arang sebanyak itu bisa siap dalam 3 hari?" batin saya. Menurut suami saya, si suplier berjanji hari ini arangnya akan mulai dikemas dalam karung-karung ukuran 20 kg. Karena order kami 18 ton, total butuh sebanyak 900 karung. Dan lusa katanya sudah siap untuk dibawa ke pelabuhan.
Kekhawatiran saya terjawab saat melihat tungku arang yang ternyata sebesar rumah! Gedhe banget. Bentuknya setengah bola, mirip iglo, rumah orang Kutub Utara. Satu tungku bisa menghasilkan 6 ton arang. Berarti hanya butuh 3 tungku untuk memenuhi pesanan kami.
![]() |
Tungku di Pelaihari. Ada yang lebih besar dari ini. |
Supaya kami lebih yakin, suplier mengajak kami ke gudang arang. Disini tampak tumpukan stok arang dan belasan pegawai yang dengan cekatan menimbang dan melakukan proses packing. Saya semakin lega melihat ratusan karung arang yang sudah terjahit rapi. Dengan begini estimasi waktu yang disampaikan si suplier tidak meleset.
Setelah puas 'inspeksi', kami diajak oleh suplier ke rumahnya. Disana kami disuguhi sate ayam merah Banjar. Satenya lembut, potongannya cukup besar, dan bumbu satenya berwarna merah. Lezat sekali.
Esok harinya, Senin siang tanggal 9 Februari 2021, kami cek out dari hotel Sinar Pelaihari lalu diantar oleh bapak suplier ke kota Banjarmasin. Kali ini saya memilih hotel di tengah kota agar mudah mencari makan. Cukup berjalan kaki kami sudah sampai di restoran yang menyediakan aneka kuliner Banjarmasin. Soto Banjar adalah kuliner yang wajib banget dicoba.
PENGUSAHA MULTITASKING
Sesuai janji di awal, Selasa siang suami dan suplier ketemuan di pelabuhan Banjarmasin. Suami mengurus sewa kontainer, mengawasi proses stuffing (memasukkan arang ke dalam kontainer), dan menghitung jumlah arang yang berhasil disusun dalam kontainer. Setelah beres, baru menyelesaikan pembayaran ke suplier.
Suami saya mengerjakan semuanya seorang diri. Dengan kondisi keuangan dan order yang belum pasti, kami tidak mungkin merekrut karyawan. Maka saya berusaha membantu suami sebisanya, misal mengatur jadwal suami, mengurus penginapan, transport dan makan.
Selesai dengan order arang ke Timur Tengah, suami jadi lebih bersemangat menggeluti bisnis arang. Untuk mendukung kinerjanya, kami memutuskan membeli sebuah laptop. Pilihan jatuh pada Asus Transformer T101HA. Laptopnya mungil (10 inch), mudah dibawa-bawa, ringan, dan layarnya touchscreen. Demi meningkatkan performa di mata calon pembeli, kami juga berpindah dari domain gratis ke domain berbayar. Alhamdulillah semakin banyak buyer yang mampir ke web www.charcoalexpoter.com dan menghubungi kami via email. Terkadang setelah dua tiga kali berbalas email,buyer akan terbang ke Indonesia untuk bertemu dengan kami. Tapi banyak juga buyer yang langsung order meski komunikasi via email saja, belum pernah tatap muka. Modalnya kepercayaan.
![]() |
Si mungil T101HA yang sudah menemani kemana-mana |
Dari permintaan yang masuk, kami jadi paham betapa jenis arang itu bermacam-macam. Ada pembeli yang butuh arang kayu untuk barbeque, ada juga yang butuh arang kayu untuk industri, ada yang membutuhkan arang briket untuk shisa, dan ada juga yang butuh arang untuk karbon aktif.
![]() |
Aneka jenis arang |
Semakin kesini permintaan buyer terkait packing produk pun bervariasi. Tambah sibuk lah suami saya. Packing arang yang kami kirim ke Timur Tengah tergolong sederhana, dikemas hanya menggunakan karung biasa. Tapi semakin kesini, order yang masuk membutuhkan kemasan bervariasi. Ada yang minta packing karung berlaminasi, ada yang minta karung dengan sablon, ada pula karung jumbo ukuran 500 kg, ada juga yang minta dus, dan yang cukup menantang adalah packing berupa paper bag.
![]() |
Jumbo Bag |
![]() |
Paper Bag |
Untuk mengerjakan order pembuatan paper bag, mula-mula kami harus menyesuaikan design dari buyer dengan layout kertasnya. Pakai Corel sih mudah saja. Masalahnya laptop Asus mungil kami ini prosesornya Intel Atom dengan RAM 2GB. Gak kuat buka Corel 😅
Kalau pakai Asus Expertbook B9 yang prosesornya Intel Core i7vPro generasi ke 11 dengan grafis Iris itu, proses edit design bakal wus wus wus.
![]() |
Asus Expertbook B9 |
Belum lagi kebutuhan transfer file, screen mirroring, remote file acces, beuh ... dengan fungsi link ke MyAsus maka HP sama laptop Expertbook bakal tersambung mulus. Kelar edit di laptop, tinggal transfer aja ke HP. Atau kalau laptopnya gak kebawa, bisa kok kita akses file nya dari jarak jauh. Ya Allah, laptop impian banget ini 😍
Setelah kelar edit design, langkah kedua adalah pergi ke percetakan. Kami serahkan file design sambil membahas soal layout dan tipe kertas. Tak lupa ngobrolin harga dan kapan jadinya. Jika cetakannya sudah jadi, langkah keempat adalah menyerahkan lembaran kertas tadi ke tukang lem dan tukang jahit karung. Biasanya pengerjaan ini yang lama. Antara 2 minggu sampai satu bulan.
Semua ini kami kerjakan sendiri. Edit design, pergi ke percetakan, ambil hasil cetakan, pergi ke tukang lem dan tukang jahit, menyiapkan mesin jahit untuk paper bag, sampai ngajarin suplier cara packing arang dengan paper bag.
![]() |
Mengangkut seribu paper bag |
DUO SENJATA
Laptop dan handphone adalah dua senjata andalan kami. Hampir semua pekerjaan dilakukan secara online. Tapi pada saat tertentu, kami juga harus mobile. Utamanya saat melakukan transaksi dengan suplier. Kami harus meluncur ke lokasi, memastikan kualitas dan stok arang milik suplier. Setelah dirasa oke, barulah kami memberikan uang muka pada suplier.
Jika suplier kami seorang pengepul, biasanya ia punya gudang tak jauh dari kota. Seperti suplier yang kami sambangi di Makasar, Ketapang, Pontianak, Palembang, Jambi, Medan, Caruban, Gunung Kidul, Serang. Kalaupun tidak di kota, jarak ke tungku atau gudangnya paling satu atau dua jam perjalanan dari pusat kota, seperti di Pelaihari itu. Namun kerap juga suami harus naik kapal, menyeberang laut dulu untuk cek tungku arang di kepulauan Riau, atau naik mobil 6 jam dari Pekanbaru lalu masih satu jam perjalanan lagi masuk ke hutan untuk cek tungku di Tembilahan. Pokoknya pergi kemanapun, duo senjata -laptop dan HP- selalu dibawa.
Yang cukup 'seru' adalah perjalanan ke Tembilahan. Soalnya lokasi tungku arang ada di tengah hutan. Benar-benar di dalam hutan gitu. Tidak ada listrik, kanan kiri cuma ada pohon, jalanan masih tanah berbatu. Guncang-guncang terus mobilnya. Apalagi saat menemui tanah yang becek gara-gara semalam hujan deras, jalanan jadi super licin. Untung sopirnya berpengalaman. Mobil sport yang kami tumpangi meliuk ke kanan kiri demi menghindari ban selip. Wuih, rasanya seperti di ajang off road.
Hati deg-degan sambil tangan terus mendekap tas berisi laptop mungil Asus. Takut terguncang-guncang. Kalau nanti datanya 'rontok', berabe kan. Inilah kenapa saya kepingin punya laptop dengan military grade. Contohnya Asus Expertbook B9400. Laptop ringkas dan ringan untuk bisnis ini sudah memenuhi tes militer: anti guncang, anti benturan, anti lembab. Mobilitas suami yang kerap ekstrim begini jelas membutuhkan laptop yang tahan banting.
![]() |
Asus Expertbook B9400 super tipis (1,49 cm) dan super ringan (880 gram) |
![]() |
Perlindungan dari kejadian tak terduga |
Baterai Expertbook B9 bertahan sampai 13 jam. Proses isi ulangnya hingga 60% hanya dalam waktu 39 menit. Cocok sekali untuk pebisnis yang kerap mobile seperti kami.
![]() |
Port nya lengkap |
PANDEMI
Proses mengunjungi suplier ibarat sekali dayung dua tiga pulau terlampaui, sambil kerja sambil wisata. Kami selalu menyempatkan berkunjung ke obyek wisata setempat, minimal wisata kuliner. Kalau bukan urusan pekerjaan, pasti rasanya berat jika harus mengeluarkan anggaran khusus demi bisa jalan-jalan ke Pantai Losari Makasar dan menikmati Pisang Epe. Saya juga belum tentu bisa mencoba Pisang Sarikaya dan es Ce Hun Tiaw khas Pontianak. Apalagi menikmati kelap-kelip lampu di Jembatan Ampera dari pinggir sungai Musi, Palembang.
Semua kesenangan itu mendadak terhenti sejak Covid melanda.
Tak hanya menahan diri untuk bepergian, virus Corona juga sukses menahan order yang masuk ke kami. Seluruh dunia mengalami krisis. Utamanya krisis transportasi. Hal ini membuat ongkos pelayaran melambung hingga tiga kali lipat. Sehingga buyer memilih mundur setiap kali pembahasan sampai pada freight cost.
Selama tahun 2020 tidak ada order masuk. Adapun untuk order yang masuk di akhir 2019 (harusnya kirim ke Canada), sampai detik ini tidak berhasil kami kirim karena ongkos kirimnya sudah diluar nalar. Mahalnya kebangetan. Terpaksa kami mengembalikan uang buyer.
![]() |
Ribuan pax arang yang seharusnya dikirim ke Kanada |
Alhamdulillah untuk sehari-hari masih ada rejeki. Kalau untuk makan saja cukuplah. Apalagi kami tidak ada karyawan. Saya membayangkan betapa berat beban pengusaha yang karyawannya banyak. Mereka dituntut agar terus memutar bisnisnya ditengah pembatasan-pembatasan terkait Covid.
Memasuki tahun 2021 sepertinya dunia mulai berdamai dengan Covid. Keadaan sedikit membaik, order mulai datang lagi. Dengan jujur kami sampaikan pada buyer bahwa freight cost masih belum normal, itupun jadwalnya tidak sebanyak sebelum pandemi. Mendengar ini sebagian besar buyer memilih batal order. Tapi ada satu dua yang lanjut.
Saat ini, April 2021, kami tengah mengerjakan order arang barbeque untuk dikirim ke New Caledonia. Buyer minta arang kayu dengan packing kertas. Masing-masing 3 kg. Sebagai tahap awal, mereka order untuk satu kontainer kecil, 20 feet. Diperkirakan satu kontainer muat 6 ton arang. Atau sekitar 2000 bag jika per bag beratnya 3 kg.
Di tahun 2021 ini kami juga memulai lagi workshop ekspor. Jika sebelumnya diadakan di ruang meeting hotel, tahun ini diadakan via zoom. Empat hari pertemuan, masing-masing selama 6 jam.
Kadang malu juga pas suami lagi ngisi workshop tiba-tiba ada suara motor lewat, ada suara tukang air, bahkan suara saya yang sedang telponan dari kamar sebelah juga terdengar oleh peserta workshop. Hahaha.
Mungkin kalau laptopnya Expertbook B9400 gak bakal kedengeran berisiknya. Soalnya sudah ada teknologi peredam bising. Suara bayi nangis, suara orang ngobrol, bahkan suara gonggongan anjing pun ilang lho. Cek disini deh.
Asus Expertbook B9 emang ngerti banget dengan kebutuhan pebisnis jaman now. Udah terbayang betapa produktifitas kami bakal meningkat jika 'senjatanya di upgrade'.
![]() |
Keamanan kelas enterprise |
Bismillah. Di bulan penuh berkah ini saya berdoa semoga kondisi perekonomian dunia membaik, Covidnya cepat pergi, dan kami bisa terus menjadi pengusaha yang tangguh, setangguh Asus Expertbook B9. Amiiin!
Komentar
Posting Komentar