Seni Berbicara di Depan Umum

Lucu di Dua Versi

Salah satu blogger Semarang yang saya kagumi adalah mbak Hartari. Awal ketemu beliau di acara ulang tahun Gandjel Rel, -grup blogger perempuan di Semarang. Waktu itu mbak Hartari jadi pembawa acara.


Mbak Hartari di Ultah Gandjel Rel ke 4


Penampilannya bersahaja, gak yang heboh atau glamor seperti MC yang kerap saya jumpai. Cara bicaranya pun pelan, santai, tapi enak didengar dan ... lucu! Saya seperti tengah menonton cak lontong versi cewek. Hahaha.


Karena saya tidak pandai melucu ataupun menyelipkan lelucon dalam tulisan maupun lisan, maka saya semakin mengagumi mbak Hartari setelah melihat bukunya yang berjudul Lauk Daun --plesetan dari Lock Down-- sangat ringan dan menghibur.



Susah lho melucu dalam dua versi gini. Apa yang terlihat menggelikan belum tentu terdengar menggelikan juga. Paham kan maksud saya. Gini lho: sesuatu yang pas kita baca membangkitkan tawa, belum tentu pas kita sampaikan secara lisan jadi lucu juga. Maka ketika ada sesosok Hartari yang bisa lucu di tulisan dan lucu juga saat berbicara di forum, saya ancung jempol dua👍👍

Mbak Hartari ga pengen jadi stand up komedian kah? 🤭


Grogi

"Jangankan melucu, mau buka mulut saja rasanya berat. Baru juga berdiri di podium, telapak tangan udah keringetan dan rasanya mules kebelet pup." Beginilah rata-rata keluhan dari sebagian besar orang. Grogi berat ketika diminta bicara di depan umum.


Saya pribadi selalu kebelet pipis ketika hendak menyampaikan pendapat ataupun tampil di depan umum. Tapi kalau sudah di atas panggung ya lancar. Kayak semacam deg-deg an pas mau ujian gitu lho. Pra ujian pasti jantung gak karuan, tapi setelah tiba saatnya menjalani ya santai aja.


For your information, saya dulu pernah menjalani profesi sebagai biduan. Tampil di depan puluhan anggota DPR, pernah. Tampil di jamuan makan malam dengan mentri, pernah. Yang paling berkesan adalah tampil di depan ribuan orang pada saat musim kampanye. Gak ada grogi-groginya lho saya pas itu.


Anehnya, saya super grogi bahkan sampai nge-blank ketika tampil di depan kamera. Ceritanya saya diminta mengisi acara di salah satu televisi lokal. Studionya kecil. Gak ada penonton. Cuma saya, pemain keyboard --yang sudah saya kenal baik, dan kru TV. Ada 3 buah kamera yang menyorot ke arah panggung kecil tempat saya dan keyboardist tampil.


Begitu lagunya mulai, saya akan menyanyi menghadap ke kamera yang lampunya menyala merah. Saya hanya perlu menyanyikan 2 lagu saja. Paling lama tampil 10 menit. Tapi MasyaAllah groginya luar biasa! Padahal ini bukan tayangan live. Dari awal sampai akhir dada ini berdetak keras. Gaya juga kaku sekali karena grogi. Untung suara gak gemeteran.

Rasa grogi ini tak kunjung hilang meski saya kemudian rutin tampil sebulan 2x. Kadang ya kecewa sama diri sendiri. Kenapa gak kunjung terbiasa? Kenapa di depan ribuan pasang mata bisa tampil prima tapi di depan tiga lensa kamera malah keok?


Paska berhijab, saya menyanyi untuk kalangan terbatas



Enggak tau juga faktor apa yang menjadi pemicu grogi. Bukan faktor kamera deh kayaknya, soalnya saya bicara di depan kamera HP lancar tuh 😆


Belakangan saya baru tau dimana letak kesalahan saya. Nanti akan saya jelaskan di bagian akhir yaa. Sebelum itu kita bahas dulu kekurangan dan kelebihan bahasa lisan serta bahasa tulisan, plus korelasinya dengan hubungan sosial.


Bahasa Tulisan VS Lisan

Sebetulnya lebih mudah mana sih: menyampaikan sesuatu dalam bentuk tulisan, atau dalam bentuk lisan? Saya membuat polling sederhana di salah satu grup whatsapp yang membernya aktif banget (rajin berkomentar secara tertulis dan responsif saat diajak ngobrol via telepon).



Sebagian besar setuju jika menyampaikan sesuatu dalam bentuk tulisan lebih mudah dibanding secara lisan. Logikanya memang begini sih ya. Buktinya banyak orang yang jago nulis status. Hahaha.


Menyampaikan sesuatu dalam bentuk tulisan minim unsur grogi dan bisa diedit dulu apa-apa yang mau disampaikan. Kalau bentuk lisan kan harus sudah siap dengan materi, gak bisa bolak balik diralat atau diedit (nanti jadi kelihatan gak profesional).


Kelebihan bahasa lisan adalah kita bisa menggunakan intonasi yang tepat dan menambahkan gestur untuk memperjelas apa yang hendak kita sampaikan. Sangat berbeda dengan bahasa tulisan yang kerap menimbulkan kesan 'lain' , tidak seperti apa yang dimaksud si penulis.


Perbedaan interpretasi atas bahasa tulisan inilah yang kerap bikin salah paham. Maksudnya kita tuh gini, tapi dia nangkapnya gitu. Atau kadang kita nulisnya biasa aja, tapi yang baca menggunakan 'intonasi sesuai persepsi pribadi' sehingga jatuhnya baper. Sering kejadian kan ya di whatsapp grup. Ujung-ujungnya nanti ada yang ngambek, gak mau nimbrung percakapan di grup, bahkan ada juga yang memutuskan left grup.


Salah satu cara yang saya lakukan untuk meminimalisir missed persepsi terhadap seseorang adalah dengan mengenal sosoknya. Bukankah tak kenal maka tak sayang? Ada yang terkesan 'sok tau bin menggurui' via tulisan, tapi pas ketemu ternyata orangnya ramah dan informatif banget. Ada juga yang kesannya galak, ternyata orangnya memang tipe to the point. Setelah melihat sendiri gaya bicaranya, saya jadi bisa membayangkan 'intonasi yang tepat' ketika baca tulisannya.


Untuk itulah sebisa mungkin saya akan hadir di acara-acara yang diadakan grup. Selain agar lebih mengenal, bersosialisasi juga akan mengasah keberanian kita untuk bertatap muka dengan banyak orang, biar gak mudah grogi gitu.


Seni Berbicara di Depan Umum

Kunci untuk bisa menulis adalah dengan rajin membaca. Lalu bagaimana dengan kunci untuk bisa berbicara di depan umum?


Oh Su Hyang , seorang pakar komunikasi Korea Selatan, dalam bukunya yang berjudul Bicara Itu Ada Seninya menegaskan bahwa kemampuan berbicara di depan umum bisa dipelajari. Setidaknya ada dua tokoh yang ia sebutkan, Barack Obama mantan presiden Amerika Serikat dan Steve Jobs founder Apple, yang mana kedua sosok ini di masa kecilnya adalah sosok yang rendah diri. Obama merasa minder karena anak blasteran (kulit hitam dan kulit putih), sedangkan Steve minder karena ia adalah anak adopsi. Namun mereka berdua berhasil mengubah trauma dan rasa rendah dirinya menjadi energi untuk bangkit. Jadi jika saat ini kalian merasa gak ada bakat public speaking, teruslah berlatih. Ingat, usaha tidak akan mengkhianati hasil.



Berikut ini beberapa tips yang bisa kalian praktekkan:

1. Kesan Pertama

Kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah Anda. Ingat iklan ini? 😁 Kalimat tersebut benar adanya. Kesan pertama sangat penting. Maka pastikan kalian memberikan kesan yang tepat. Pilih baik-baik kalimat awal, pastikan diri kita nyaman dengan busana ataupun sepatu pilihan kita --tentu dengan memperhatikan tema acara, tersenyumlah agar aura ramah lebih terasa.


2. Persiapkan Diri

* Berlatih

Alasan kenapa saya grogi berat saat di depan kamera TV adalah karena saya kurang latihan. Biasanya saya bernyanyi sambil membaca teks. Tapi ketika tampil di TV, saya diharuskan hafal. Jujur saya kesulitan. Meskipun cuma 2 lagu, tapi yang saya nyanyikan adalah lagu bahasa asing. Jadi seharusnya saya berlatih lebih keras dari biasanya.

Intinya penguasaan materi sangat penting.


* Berbicara di depan cermin.

Berlatihlah dengan suara lantang dan jelas di depan cermin. Selain untuk melatih artikulasi dan meningkatkan kepercayaan diri, berbicara sambil menghadap cermin memungkinkan kita untuk mengoreksi sikap tubuh.

Menurut Albert Mehrabian, psikolog dan pakar komunikasi Amerika Serikat, komposisi ucapan adalah 7% isi, 38% suara, dan 55% gerak tubuh. Suara dan gerak tubuh dapat membuat perbedaan besar terhadap isi ucapan yang sama.


*Afirmasi

Terus yakinkan diri sendiri. Katakan:

"Aku pasti bisa!"

"Aku bisa!"

"Aku pasti bisa!"


*Datang awal

Usahakan datang di awal waktu agar tidak kemrungsung. Kondisi terburu-buru bisa merusak mood, mengacaukan detak jantung, bahkan bisa membuyarkan percaya diri.


3.  Sikap di Depan Forum

- Berdoa mohon diberi kelancaran.

- Sampaikan kalimat yang jelas dan mudah dimengerti.

- Gunakan intonasi yang tepat, jangan datar seperti orang yang tengah membaca teks. (Boleh saja mengintip catatan, tapi tidak terus menerus. Kontak mata dengan penonton juga harus dijaga)

- Gunakan gestur / gerak tubuh untuk memperjelas maksud ucapan.

- Hindari merendahkan kapasitas diri saat perkenalan. Misal: "Saya tidak sempat persiapan" atau "Saya banyak kekurangan".

- Bayangkan penonton layaknya audiens yang antusias. Atau jika terlalu gugup, bayangkan penonton layaknya kartun atau apa yang bisa membuat kalian lebih tenang.

Demikianlah tips agar lebih percaya diri ketika bicara di muka umum. Bagi kalian yang super pemalu dan gampang gugup, mulailah dengan jangan menutup camera saat ikut zoom atau meeting online. Latihan diliatin orang, latihan memperhatikan ekspresi diri dan tampilan orang lain di layar.


Good luck 😊


[[Ditulis untuk memeriahkan ultah Gandjel Rel yang ke 8]]

Komentar

  1. Terima kasih. Kapan-kapan boleh nyanyi di depan GRes ya hehehe

    BalasHapus
  2. Ternyata Martha adalah penyanyi bisa nih sumbang suara pas ultah GR yaaa

    BalasHapus

Posting Komentar