Seperti biasa, Papa duduk di ujung sofa. Posisinya sedikit miring dan rebah. Mata beliau menatap tajam ke layar handphone, sedangkan jarinya bergerak lincah mengetuk layar.
"Cting! Cting!" Suara nyaring dari game yang Papa mainkan menggema di ruang tamu mungil ini.
Papa saya betah berlama-lama main game. Hampir sebagian besar waktunya dihabiskan dengan main game. Terkadang main keyboard juga sih. Tapi saya lebih sering mendapati beliau main game daripada main keyboard 😁
"Pinjam hape-nya, Pah," kata saya.
Sebetulnya bukan pinjam handphone. Tapi lebih tepat jika disebut minta pulsa, karena tujuan saya pakai hape Papa adalah untuk menelepon 😛
Pulsa Papa tuh banyak banget. Beliau jarang telepon, tapi rajin isi pulsa demi memperpanjang masa aktif. Makanya kami, anaknya, kerap 'membantu' Papa menghabiskan pulsa. #uhuk
"Duh. Ini gimana nyalain-nya?" Saya bingung saat menerima hape milik Papa. Bagian yang seharusnya jadi tombol power sudah menghilang.
"Sini," kata Papa.
Saya serahkan lagi hape ke Papa. Lalu beliau menekan area tombol power dengan kukunya. Nyala!
Saya bergegas mengusap layar untuk membuka kunci dan melakukan panggilan ke seseorang.
Papa pergi ke teras, meninggalkan saya yang telah asyik menelepon.
******
Saya hendak mencari Papa untuk mengembalikan handphone, tapi kemudian urung. Entah kenapa rasanya tertarik sekali mengamati handphone Papa.
Ada foto anak perempuan dari anak perempuan Papa saya. Eh, udah kayak judul sinetron belum? 🤣 Foto keponakan saya tampak blur karena kualitas kamera hape Papa yang cuma 2 megapixel.
Secara fisik memang sudah waktunya hape ini pensiun. Prosesor maupun kualitas kameranya pun jauh tertinggal. Pertanyaannya: mau ganti apa?
Layaknya kebanyakan orang tua, Papa ini tipe yang merasa sayang jika beli gawai terlalu mahal. "Yang penting bisa buat telepon dan whatsapp," begitu katanya.
Tapi sebagai anak, saya kan kepingin memberikan yang terbaik untuk Papa. Mumpung Papa saya butuh sesuatu, saya pikir inilah kesempatan yang tepat untuk membahagiakan beliau.
******
Saya mulai googling. Cari hape yang enak buat main game, yang baterainya cukup awet dan gak cepet panas. Kameranya juga yang bagus lah, biar lebih enak kalau mau foto-foto. ROM dan RAM juga sebaiknya agak lapang, supaya gak mudah hang.
Beberapa kali search, yang nongol Asus Zenfone Max Pro M2. Hape gamers nih. Spesifikasinya oke banget. Tapi kok kayaknya terlalu canggih deh untuk Papa. Sayang kalo hape segahar itu cuma buat main Tetris sama Magnetic Ball.hihihi.
"Oh. Ternyata ada yang non Pro," saya terpekik senang karena menemukan artikel Asus Zenfone Max M2.
Saya perhatikan spesifikasinya.
Asus Zenfone Max M2 ZB633KL ini disokong SoC (System on Chip) Qualcomm Snapdragon 632 yang mengusung prosesor Octa-core Kryo 250 yang berlari dengan kecepatan 1,8 GHz.
Qualcomm mengatakan bahwa snapdragon 632 ini lebih kencang 40% dari Snapdragon 625 atau Snapdragon 626. Selain itu, Snapdragon 632 diproduksi dengan teknologi fabrikasi 14nm, sehingga hemat konsumsi baterai dan tidak panas.
Kapasitas baterai cukup besar: 4000mAh.
RAM dan ROM ada 2 pilihan: 3Gb/32Gb dan 4Gb/64Gb. Untuk Papa yang RAM 3Gb cukup lah. Memory internal 32Gb juga lumayan besar (meski nantinya gak full 32Gb sih, kan kepotong untuk system sebesar 9,7 Gb).
Untuk kamera, tersemat dual kamera (13 MP+2 MP) pada bagian belakang, dan resolusi 8 MP untuk selfie. Wuih. Mantap nih!
Saya semakin yakin saat membaca info di instagram Asus tentang speaker dan amplifier Asus Zenfone Max M2 yang menghasilkan suara jernih dan jelas.
"Aiiih...ini cocok banget buat papa! Papa suka mendengarkan musik," batin saya.
Warna dan material yang keren, layar 19:9 resolusi HD+ dengan system operasi pure Android Oreo 8.0 yang sangat ringan untuk bermain game, ditambah dengan tripleslot dimana kita bisa menyematkan 2 sim card dan 1 memory card, rasanya Asus Zenfone Max M2 ini sangat sempurna untuk papa saya 😍
Oke, sip. Pilihan sudah ada. Tinggal tunggu rejekinya.
Semoga papa saya berjodoh dengan Asus Zenfone Max M2 ini.
Amiiiin.
"Cting! Cting!" Suara nyaring dari game yang Papa mainkan menggema di ruang tamu mungil ini.
Papa saya betah berlama-lama main game. Hampir sebagian besar waktunya dihabiskan dengan main game. Terkadang main keyboard juga sih. Tapi saya lebih sering mendapati beliau main game daripada main keyboard 😁
![]() |
Game magnetic ball, favorit Papa |
"Pinjam hape-nya, Pah," kata saya.
Sebetulnya bukan pinjam handphone. Tapi lebih tepat jika disebut minta pulsa, karena tujuan saya pakai hape Papa adalah untuk menelepon 😛
Pulsa Papa tuh banyak banget. Beliau jarang telepon, tapi rajin isi pulsa demi memperpanjang masa aktif. Makanya kami, anaknya, kerap 'membantu' Papa menghabiskan pulsa. #uhuk
"Duh. Ini gimana nyalain-nya?" Saya bingung saat menerima hape milik Papa. Bagian yang seharusnya jadi tombol power sudah menghilang.
"Sini," kata Papa.
Saya serahkan lagi hape ke Papa. Lalu beliau menekan area tombol power dengan kukunya. Nyala!
Saya bergegas mengusap layar untuk membuka kunci dan melakukan panggilan ke seseorang.
Papa pergi ke teras, meninggalkan saya yang telah asyik menelepon.
******
Saya hendak mencari Papa untuk mengembalikan handphone, tapi kemudian urung. Entah kenapa rasanya tertarik sekali mengamati handphone Papa.
Ada foto anak perempuan dari anak perempuan Papa saya. Eh, udah kayak judul sinetron belum? 🤣 Foto keponakan saya tampak blur karena kualitas kamera hape Papa yang cuma 2 megapixel.
Secara fisik memang sudah waktunya hape ini pensiun. Prosesor maupun kualitas kameranya pun jauh tertinggal. Pertanyaannya: mau ganti apa?
Layaknya kebanyakan orang tua, Papa ini tipe yang merasa sayang jika beli gawai terlalu mahal. "Yang penting bisa buat telepon dan whatsapp," begitu katanya.
Tapi sebagai anak, saya kan kepingin memberikan yang terbaik untuk Papa. Mumpung Papa saya butuh sesuatu, saya pikir inilah kesempatan yang tepat untuk membahagiakan beliau.
******
Saya mulai googling. Cari hape yang enak buat main game, yang baterainya cukup awet dan gak cepet panas. Kameranya juga yang bagus lah, biar lebih enak kalau mau foto-foto. ROM dan RAM juga sebaiknya agak lapang, supaya gak mudah hang.
Beberapa kali search, yang nongol Asus Zenfone Max Pro M2. Hape gamers nih. Spesifikasinya oke banget. Tapi kok kayaknya terlalu canggih deh untuk Papa. Sayang kalo hape segahar itu cuma buat main Tetris sama Magnetic Ball.hihihi.
"Oh. Ternyata ada yang non Pro," saya terpekik senang karena menemukan artikel Asus Zenfone Max M2.
Saya perhatikan spesifikasinya.
Asus Zenfone Max M2 ZB633KL ini disokong SoC (System on Chip) Qualcomm Snapdragon 632 yang mengusung prosesor Octa-core Kryo 250 yang berlari dengan kecepatan 1,8 GHz.
Qualcomm mengatakan bahwa snapdragon 632 ini lebih kencang 40% dari Snapdragon 625 atau Snapdragon 626. Selain itu, Snapdragon 632 diproduksi dengan teknologi fabrikasi 14nm, sehingga hemat konsumsi baterai dan tidak panas.
Kapasitas baterai cukup besar: 4000mAh.
RAM dan ROM ada 2 pilihan: 3Gb/32Gb dan 4Gb/64Gb. Untuk Papa yang RAM 3Gb cukup lah. Memory internal 32Gb juga lumayan besar (meski nantinya gak full 32Gb sih, kan kepotong untuk system sebesar 9,7 Gb).
Untuk kamera, tersemat dual kamera (13 MP+2 MP) pada bagian belakang, dan resolusi 8 MP untuk selfie. Wuih. Mantap nih!
Saya semakin yakin saat membaca info di instagram Asus tentang speaker dan amplifier Asus Zenfone Max M2 yang menghasilkan suara jernih dan jelas.
"Aiiih...ini cocok banget buat papa! Papa suka mendengarkan musik," batin saya.
Warna dan material yang keren, layar 19:9 resolusi HD+ dengan system operasi pure Android Oreo 8.0 yang sangat ringan untuk bermain game, ditambah dengan tripleslot dimana kita bisa menyematkan 2 sim card dan 1 memory card, rasanya Asus Zenfone Max M2 ini sangat sempurna untuk papa saya 😍
Oke, sip. Pilihan sudah ada. Tinggal tunggu rejekinya.
Semoga papa saya berjodoh dengan Asus Zenfone Max M2 ini.
Amiiiin.
Wahhh papanya pasti seneng banget tuh hehehe
BalasHapusSlam kenal mbak :)
Iya mas. Salam kenal juga.
Hapus