Aku tidak kesulitan dalam memarkir mobil. Halaman resto Pringsewu di jalan Suari, Kota Lama, Semarang sedikit lengang karena ada perbaikan jalan di sekitarnya.
Andai tidak ada renovasi, hari Sabtu begini biasanya ramai sekali.
"Repot juga ya kalau jalannya sudah jadi. Pasti banyak kendaraan yang lewat sini. Gimana bisa parkir?" batinku.
Tapi kekhawatiranku ternyata tidak beralasan. Tak jauh dari resto, sekitar 50 meter, rupanya Pringsewu telah menyediakan lahan parkir yang luas untuk para tamu. Sip lah.
Sambil membawa sekotak kurma, aku bergegas masuk ke resto berlantai dua itu. 40 pack kurma Sukari dari Medinah sengaja kubawa untuk kubagikan ke rekan-rekan Gandjel Rel.
Syrrrrr.....
Hawa dingin AC langsung menyambutku. Adem.
"Mbak, acara komunitas blogger Gandjel Rel dimana ya?" tanyaku pada seorang pramusaji.
"Di lantai dua, Mbak. Mari saya antar," jawabnya ramah.
Begitu sampai di ruang atas, suasana terasa meriah. Sudah banyak blogger yang datang.
Kuletakkan kotak kurma di meja tempat snack dan minuman berada. Lalu aku masuk dan menyalami mbak Dewi, mbak Ika, dan mbak Lestari yang berada di dekat meja registrasi.
Kuserahkan sebuah bungkusan koran ke mbak Ika yang kemudian diberi nomor. Ceritanya nanti ada acara tukar kado.
Mataku memandang sekeliling mencari bangku kosong.
"Ini kosong, Mbak?" Aku menyentuh kursi yang ada di dekat mbak Nia.
"Kosong," jawab mbak Nia.
Tapi aku urung duduk disitu karena ternyata ada kipas angin tepat di belakang bangku.
Duh. Gak kuat aku.
Seminggu ini badanku kurang fit. Pulang umroh kemarin memang kondisi kesehatanku menurun. Demi bisa ikut acara Gandjel Rel, aku tidak kemana-mana. Anteng di rumah biar cepat sehat. Tapi kok ya masih rada lemes.
Kembali kuedarkan pandangan. Aha. Di depan panggung ada kursi kosong. Tidak ada AC atau kipas angin di sekitarnya. Cocok nih.
Alhamdulillah, kursi di sebelah mbak Elma ini memang kosong. Tak lama setelah aku duduk manis disitu dibukalah acara.
Mula-mula mbak Rahmi memberi sambutan. Lalu disusul dengan pembagian hadiah. Ada hadiah doorprize dan hadiah lomba blog.
Suasana ultah ke 4 Gandjel Rel ini sungguh meriah. MC nya adalah mbak Hartari. Aku sering tergelak saat mbak Hartari bicara. Suaranya tuh halus, bahasanya juga lembut. Tapi kata-katanya makjleb. Hahaha.
Adalah mas Agus Mulyadi yang didapuk menjadi pemateri spesial pada event kali ini. Dengan gaya yang santai dan kocak, mas Agus menjelaskan riwayatnya menjadi seorang penulis.
Aku mencerna kisah demi kisah yang dituturkannya. Mulai dari karirnya sebagai penjaga warnet, lalu menjadi tukang parkir di salah satu mall besar di Magelang, dan kemudian ia memutuskan untuk menjadi penulis.
Di kesempatan ini, ia berbagi tips untuk membuat suatu tulisan:
1. Kegelisahan sehari-hari bisa dijadikan ide cerita. Jadi coba lihat sekitar kita, siapa tau ada yang menarik.
2. Pandai memilih diksi. Ini juga salah satu hal yang perlu diperhatikan penulis. Perbanyak kosakata agar semakin banyak pilihan diksi.
3. Punya ciri khas. Tujuannya supaya tulisan kita berkarakter.
4. Sudut pandang. Sebuah cerita yang sama bisa dihadirkan dalam sudut pandang berbeda.
5. Kutipan. Menyertakan kutipan dalam tulisan kita bisa jadi poin plus.
"Saya itu sebetulnya kepingin nulis yang serius. Tapi orang-orang selalu berpikir bahwa saya ini lucu. Bahkan saat saya menulis tentang kepiluan saya seputar roti tawar (kisah nyata saat ia belum mampu beli roti tawar), orang-orang bukannya berempati malah pada ketawa," curhat mas Agus.
Well. Dunia memang sawang sinawang ya.
Disaat aku pingin bisa melucu, ni orang yang sudah lucu alami malah kepinginnya serius 😁
Tapi mas Agus ini memang gifted. Ditangannya, hal sepele bisa jadi tulisan yang asyik dan berbobot. Ya contohnya roti tawar itu tadi. Kalo aku ya, selama ini kalo beli roti tawar, aku malah selalu pilih yang ada pinggirnya lho. Bahkan jika ada yang jual pinggirnya aja, aku mau kok.
Ternyata bagi mas Agus, pinggiran roti ini teramat penting. Sampai-sampai membentuk strata sosial tersendiri baginya, dimana yang bisa beli roti tanpa pinggiran masuk ke golongan orang kaya. Ah, caranya bercerita benar-benar mengaduk-aduk perasaan.
Sebuah pinggiran roti bisa jadi materi tulisan yang menyentuh hati gitu,
Apa namanya kalo bukan bakat?
Selesai mendapat materi 'daging' dari mas Agus, acara berlanjut dengan pemotongan tumpeng (dan kue) dari 5 pendiri komunitas blogger perempuan Semarang Gandjel Rel.
Sebetulnya hari ulang tahun Gandjel Rel adalah Jumat tanggal 22 Februari. Tapi karena menyesuaikan dengan lokasi dan pembicara, maka dirayakan Sabtu 23 Februari 2019.
Kilatan cahaya dan suara ceklik ceklik dari jepretan kamera tertuju ke panggung di depanku. Semua berlomba mengabadikan momen ini.
Selamat ulang tahun Gandjel Rel. Semoga tambah solid membernya dan tambah erat kekeluargaannya. Amiin.
Selesai acara, aku membawa banyak bingkisan. Ada kado hasil dari tukar menukar, ada risol mayo dari mbak Maria, dan ada pouch dari Prabu konveksitas.
Sebelum meninggalkan lokasi, aku menyempatkan diri menjelajah ruangan demi ruangan di restoran Pringsewu.
Rupanya disini ada ruang brankas, ada ruang kecil layaknya penjara, ada berbagai tipe ruang meeting room, ada musholla yang lapang, dan ada toilet bersih yang lampunya otomatis nyala sendiri kalau kita tutup pintu.
Makan enak dan halal sambil menikmati suasana bangunan berusia ratusan tahun di area Kota Lama. Sound perfect, ha.
Apalagi kalau sore, di teras resto juga ada semacam cafe. Bisa ngopi sambil ngemil-ngemil cantik.
"Kami ada paket arisan juga lho," kata mba Sarah, salah satu pegawai di resto Pringsewu. "Hanya 350.000 sudah lengkap untuk 10 orang," lanjutnya.
Wah. Lumayan murah nih.
Lebih kaget lagi karena untuk paket full day meeting room kapasitas 10 orang cuma Rp 75.000/pax. 8 jam pemakaian ruangan+2× coffee break+1×lunch. Ruangannya AC pula. Mantaap.
Tepat pukul 13.00 wib aku meninggalkan acara.
Mobilku kosong. Tadinya kupikir mbak Marita dan mbak Rahmi yang rumahnya dekat denganku mau pulang bareng. Tapi mereka punya acara masing-masing. Mbak Marita bawa motor, sedangkan mbak Rahmi mau ke Ngaliyan.
Kuulurkan Rp 2.000 ke tukang parkir.
"Lima ribu, Mbak," kata tukang parkir.
"Hah? 5.000? Saya ke resto lho!" protesku. Masa iya parkir resto Rp 5.000? Dikira habis wisata ke Kota Lama mungkin ya.
"Ya sudah," jawabnya kikuk sambil menerima uang dua ribu dariku.
Akupun melaju meninggalkan gedung peninggalan raja gula Oei Tiong Ham dengan gundah.
Gundah mikirin parkir?
Oh no! Bukan itu.
Akhir-akhir ini aku memang sedang galau.
Rasanya tuh ya, semakin aku dapat banyak ilmu tentang kepenulisan, semakin aku merasa tidak bakat menulis 😔
Entahlah...
Mungkin aku beneran gak bakat nulis.
Atau mungkin ini hanya baper...
Andai tidak ada renovasi, hari Sabtu begini biasanya ramai sekali.
"Repot juga ya kalau jalannya sudah jadi. Pasti banyak kendaraan yang lewat sini. Gimana bisa parkir?" batinku.
Tapi kekhawatiranku ternyata tidak beralasan. Tak jauh dari resto, sekitar 50 meter, rupanya Pringsewu telah menyediakan lahan parkir yang luas untuk para tamu. Sip lah.
Sambil membawa sekotak kurma, aku bergegas masuk ke resto berlantai dua itu. 40 pack kurma Sukari dari Medinah sengaja kubawa untuk kubagikan ke rekan-rekan Gandjel Rel.
Syrrrrr.....
Hawa dingin AC langsung menyambutku. Adem.
"Mbak, acara komunitas blogger Gandjel Rel dimana ya?" tanyaku pada seorang pramusaji.
"Di lantai dua, Mbak. Mari saya antar," jawabnya ramah.
Begitu sampai di ruang atas, suasana terasa meriah. Sudah banyak blogger yang datang.
Kuletakkan kotak kurma di meja tempat snack dan minuman berada. Lalu aku masuk dan menyalami mbak Dewi, mbak Ika, dan mbak Lestari yang berada di dekat meja registrasi.
Kuserahkan sebuah bungkusan koran ke mbak Ika yang kemudian diberi nomor. Ceritanya nanti ada acara tukar kado.
Mataku memandang sekeliling mencari bangku kosong.
"Ini kosong, Mbak?" Aku menyentuh kursi yang ada di dekat mbak Nia.
"Kosong," jawab mbak Nia.
Tapi aku urung duduk disitu karena ternyata ada kipas angin tepat di belakang bangku.
Duh. Gak kuat aku.
Seminggu ini badanku kurang fit. Pulang umroh kemarin memang kondisi kesehatanku menurun. Demi bisa ikut acara Gandjel Rel, aku tidak kemana-mana. Anteng di rumah biar cepat sehat. Tapi kok ya masih rada lemes.
Kembali kuedarkan pandangan. Aha. Di depan panggung ada kursi kosong. Tidak ada AC atau kipas angin di sekitarnya. Cocok nih.
![]() |
Bersama mbak Elma |
Alhamdulillah, kursi di sebelah mbak Elma ini memang kosong. Tak lama setelah aku duduk manis disitu dibukalah acara.
Mula-mula mbak Rahmi memberi sambutan. Lalu disusul dengan pembagian hadiah. Ada hadiah doorprize dan hadiah lomba blog.
![]() |
Ki-ka: mbak Uniek-Muna-mmm...mbak siapa ya-Marita-Lulu-Wati-Winda-Untari |
Suasana ultah ke 4 Gandjel Rel ini sungguh meriah. MC nya adalah mbak Hartari. Aku sering tergelak saat mbak Hartari bicara. Suaranya tuh halus, bahasanya juga lembut. Tapi kata-katanya makjleb. Hahaha.
![]() |
Mbak MC |
Adalah mas Agus Mulyadi yang didapuk menjadi pemateri spesial pada event kali ini. Dengan gaya yang santai dan kocak, mas Agus menjelaskan riwayatnya menjadi seorang penulis.
![]() |
Ini mas Agus lagi cerita ketika di dalam kereta melihat seorang Ayah yang berdiri sepanjang jalan. Rupanya itu dilakukan supaya sang anak bisa tidur lurus (selonjor). |
Aku mencerna kisah demi kisah yang dituturkannya. Mulai dari karirnya sebagai penjaga warnet, lalu menjadi tukang parkir di salah satu mall besar di Magelang, dan kemudian ia memutuskan untuk menjadi penulis.
Di kesempatan ini, ia berbagi tips untuk membuat suatu tulisan:
1. Kegelisahan sehari-hari bisa dijadikan ide cerita. Jadi coba lihat sekitar kita, siapa tau ada yang menarik.
2. Pandai memilih diksi. Ini juga salah satu hal yang perlu diperhatikan penulis. Perbanyak kosakata agar semakin banyak pilihan diksi.
3. Punya ciri khas. Tujuannya supaya tulisan kita berkarakter.
4. Sudut pandang. Sebuah cerita yang sama bisa dihadirkan dalam sudut pandang berbeda.
5. Kutipan. Menyertakan kutipan dalam tulisan kita bisa jadi poin plus.
"Saya itu sebetulnya kepingin nulis yang serius. Tapi orang-orang selalu berpikir bahwa saya ini lucu. Bahkan saat saya menulis tentang kepiluan saya seputar roti tawar (kisah nyata saat ia belum mampu beli roti tawar), orang-orang bukannya berempati malah pada ketawa," curhat mas Agus.
Well. Dunia memang sawang sinawang ya.
Disaat aku pingin bisa melucu, ni orang yang sudah lucu alami malah kepinginnya serius 😁
Tapi mas Agus ini memang gifted. Ditangannya, hal sepele bisa jadi tulisan yang asyik dan berbobot. Ya contohnya roti tawar itu tadi. Kalo aku ya, selama ini kalo beli roti tawar, aku malah selalu pilih yang ada pinggirnya lho. Bahkan jika ada yang jual pinggirnya aja, aku mau kok.
Ternyata bagi mas Agus, pinggiran roti ini teramat penting. Sampai-sampai membentuk strata sosial tersendiri baginya, dimana yang bisa beli roti tanpa pinggiran masuk ke golongan orang kaya. Ah, caranya bercerita benar-benar mengaduk-aduk perasaan.
Sebuah pinggiran roti bisa jadi materi tulisan yang menyentuh hati gitu,
Apa namanya kalo bukan bakat?
Selesai mendapat materi 'daging' dari mas Agus, acara berlanjut dengan pemotongan tumpeng (dan kue) dari 5 pendiri komunitas blogger perempuan Semarang Gandjel Rel.
![]() |
Ki-ka: mbak Rahmi-mas Agus-mbak Dewi-Uniek-Lestari-Wuri (5 mbak founder Gandjel Rel) |
Sebetulnya hari ulang tahun Gandjel Rel adalah Jumat tanggal 22 Februari. Tapi karena menyesuaikan dengan lokasi dan pembicara, maka dirayakan Sabtu 23 Februari 2019.
Selamat ulang tahun Gandjel Rel. Semoga tambah solid membernya dan tambah erat kekeluargaannya. Amiin.
Selesai acara, aku membawa banyak bingkisan. Ada kado hasil dari tukar menukar, ada risol mayo dari mbak Maria, dan ada pouch dari Prabu konveksitas.
![]() |
Pouchnya diposting di instagramnya mbak Untari |
Sebelum meninggalkan lokasi, aku menyempatkan diri menjelajah ruangan demi ruangan di restoran Pringsewu.
Rupanya disini ada ruang brankas, ada ruang kecil layaknya penjara, ada berbagai tipe ruang meeting room, ada musholla yang lapang, dan ada toilet bersih yang lampunya otomatis nyala sendiri kalau kita tutup pintu.
Makan enak dan halal sambil menikmati suasana bangunan berusia ratusan tahun di area Kota Lama. Sound perfect, ha.
Apalagi kalau sore, di teras resto juga ada semacam cafe. Bisa ngopi sambil ngemil-ngemil cantik.
"Kami ada paket arisan juga lho," kata mba Sarah, salah satu pegawai di resto Pringsewu. "Hanya 350.000 sudah lengkap untuk 10 orang," lanjutnya.
Wah. Lumayan murah nih.
Lebih kaget lagi karena untuk paket full day meeting room kapasitas 10 orang cuma Rp 75.000/pax. 8 jam pemakaian ruangan+2× coffee break+1×lunch. Ruangannya AC pula. Mantaap.
![]() |
Meeting room kapasitas max 15 orang. Ini satu dari beberapa meeting room yang ada di Pringsewu Semarang |
Tepat pukul 13.00 wib aku meninggalkan acara.
Mobilku kosong. Tadinya kupikir mbak Marita dan mbak Rahmi yang rumahnya dekat denganku mau pulang bareng. Tapi mereka punya acara masing-masing. Mbak Marita bawa motor, sedangkan mbak Rahmi mau ke Ngaliyan.
Kuulurkan Rp 2.000 ke tukang parkir.
"Lima ribu, Mbak," kata tukang parkir.
"Hah? 5.000? Saya ke resto lho!" protesku. Masa iya parkir resto Rp 5.000? Dikira habis wisata ke Kota Lama mungkin ya.
"Ya sudah," jawabnya kikuk sambil menerima uang dua ribu dariku.
Akupun melaju meninggalkan gedung peninggalan raja gula Oei Tiong Ham dengan gundah.
Gundah mikirin parkir?
Oh no! Bukan itu.
Akhir-akhir ini aku memang sedang galau.
Rasanya tuh ya, semakin aku dapat banyak ilmu tentang kepenulisan, semakin aku merasa tidak bakat menulis 😔
Entahlah...
Mungkin aku beneran gak bakat nulis.
Atau mungkin ini hanya baper...
Waah asik juga kalo arisan di sini ga repot masak sama toto2 rumah hihii
BalasHapusBetul mbak. Tau beres aja. Suasananya unik pula.
Hapus